Home » Internasional » 137 Ribu Anak dan Ibu Hamil di Gaza Hadapi Risiko Malnutrisi Hingga April

137 Ribu Anak dan Ibu Hamil di Gaza Hadapi Risiko Malnutrisi Hingga April

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengeluarkan peringatan serius terkait ancaman malnutrisi akut yang mengintai puluhan ribu anak-anak dan ibu hamil serta menyusui di Jalur Gaza. WHO memperkirakan sekitar 137.000 individu termasuk anak balita dan ibu hamil akan terancam kekurangan gizi hingga pertengahan April 2026 jika kondisi saat ini tidak segera membaik.

Peringatan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyusul laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) — sebuah kelompok ahli yang mengevaluasi tingkat kerawanan pangan di wilayah yang dilanda konflik. Menurut IPC, lebih dari 1,6 juta warga Gaza diperkirakan akan tetap berada dalam kondisi ketahanan pangan akut hingga pertengahan April tahun depan.

“Hingga April 2026, diperkirakan lebih dari 100.000 anak berusia di bawah lima tahun akan menghadapi malnutrisi akut, termasuk lebih dari 31.000 kasus parah yang membutuhkan perawatan segera,” demikian peringatan pihak IPC yang dikutip WHO. Sementara itu, sekitar 37.000 ibu hamil dan menyusui juga diproyeksikan membutuhkan penanganan gizi khusus dalam periode yang sama.

Laporan IPC menunjukkan meski konflik di Gaza sempat mereda setelah gencatan senjata Oktober 2025, kerawanan pangan tetap tinggi di sebagian besar wilayah. Sekitar 77 persen populasi atau sekitar 1,6 juta orang masih menghadapi ketidakamanan pangan akut, termasuk ribuan yang berada dalam fase kondisi darurat atau bahkan hampir masuk fase bencana.

Kemajuan yang tercapai sejak gencatan senjata dinilai sangat rapuh karena masih banyaknya tantangan struktural. Di antaranya adalah kerusakan infrastruktur yang meluas, akses bantuan kemanusiaan yang terhambat, serta produksi pangan lokal yang hampir lumpuh akibat konflik berkepanjangan.

Tedros menambahkan bahwa hanya sekitar 50 persen fasilitas kesehatan di Gaza yang beroperasi sebagian, dan banyak dari fasilitas tersebut menghadapi kekurangan pasokan medis esensial akibat prosedur izin yang kompleks dan pembatasan masuk barang. WHO pun mendesak percepatan persetujuan masuk pasokan medis, peralatan kesehatan, dan struktur rumah sakit prefabrikasi untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak.

WHO juga memperingatkan bahwa situasi bisa memburuk secara drastis jika konflik kembali pecah atau jika bantuan kemanusiaan tersendat. Dalam skenario terburuk, seluruh wilayah Gaza bisa kembali menghadapi risiko kelaparan yang parah pada awal 2026.

Organisasi humanitarian internasional lain seperti Save the Children juga memperingatkan bahaya jangka panjang dari malnutrisi kronis, yang dapat memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak-anak jika akses makanan bergizi tidak segera pulih.

Krisis gizi di Gaza menjadi bagian dari gambaran lebih besar soal ketidakamanan pangan yang dipicu oleh runtuhnya ekonomi lokal, blokade, dan terbatasnya arus bantuan internasional. Bahkan setelah gencatan senjata, harga makanan tetap tinggi dan distribusi bantuan masih tidak merata di seluruh wilayah.

Para ahli menekankan pentingnya akses yang lebih luas, cepat, dan konsisten untuk bantuan pangan dan medis agar risiko malnutrisi akut tidak berubah menjadi bencana kemanusiaan yang lebih besar lagi. Tanpa langkah segera dari komunitas internasional dan pihak berwenang setempat, ancaman terhadap kesehatan anak-anak dan ibu di Gaza akan terus meningkat.

x

Check Also

BI Tegaskan Pedagang Wajib Terima Pembayaran Uang Tunai

Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan bahwa pedagang dan penyedia jasa ritel di Indonesia tidak diperbolehkan ...