PEKANBARUPOS.COM (PPC),PEKANBARU – Ketika sudah mencoba sekali, maka akan sulit lepas dari jerat narkoba, hal inilah yang dirasakan oleh para pengguna narkoba.
Walau pun tumbuh rasa menyesal dan ingin berhenti, namun ketergantungan yang luar biasa membuat pemakai tak bisa menahan diri dan mencari lagi barang haram tersebut.
Sebut saja namanya Ujang, mantan pengguna narkoba di Pekanbaru. Ia sudah tiga kali direhabilitasi di tempat yang berbeda.
Mulai di Pekanbaru dan bahkan sampai Jakarta, baru kemudian bisa melepaskan diri dari jerat narkoba.
Itu pun bukan berarti kembali normal 100 persen, karena pengguna narkoba tidak mengenal kata sembuh.
Hanya berawal dari iseng, ingin mencoba dan hendak membuktikan kepada kawan-kawan kalau dirinya bisa, Ujang mulai menggunakan sabu-sabu.
Kemudian beberapa jenis narkoba lainnya, yang dikenalkan rekannya dan diberikan secara gratis.
“Saya dikasih gratis awalnya, sama kawan yang sudah dewasa. Ketika itu saya masih duduk di kelas dua SMP. Sempat saya meludah, karena nggak enak rasanya. Kemudian disuruh coba lagi, yang kedua itu baru terasa enaknya,” kata Ujang saat berbincang dengan Tribun di salah satu tempat rehabilitasi di Pekanbaru, Kamis pekan lalu.
Ujang yang sebelumnya dikenal sebagai anak baik-baik kemudian berubah.
Saat ia harus menggunakan obat terlarang, uang harus tersedia. Tidak bisa gratis lagi.
Mau tidak mau, ia harus memutar otak bagaimana mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
“Apa yang bisa dijual seperti alat-alat di rumah, ya dijual. Apa yang bisa dimaling, dimaling. Bahkan saya sampai jual tanah warisan orangtua. Sepeda motor, handphone, dan apa saja saya jual untuk mendapatkan uang, agar bisa ‘belanja’,” ungkapnya.
Sudah tak terhitung jumlahnya. Karena untuk sekali belanja narkoba, setidaknya Ujang harus membayar Rp 500 ribu.
”Itu tiap hari harus dapat, tidak boleh putus. Ratusan juta sudah lebihlah, tak terhitung lagi. Pernah pula sekali belanja jutaan rupiah,” ujarnya.
Ketika mengonsumsi sabu, Ujang mengaku badannya terasa rileks dan kuat. Semangat tinggi dan selalu ingin berkegiatan. Merasa memiliki wibawa yang tinggi.
Di sisi lain, ketika tidak lagi mengonsumsi narkoba, ada rasa menyesal dan ingin berhenti, tapi tak sanggup.
Badan terasa capek, lesu, tapi tak bisa tidur-tidur. Pikirannya bagaimana dapat ‘barang’ terus.
Kini, Ujang hanya bisa menyesali apa yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun. Cita-citanya menjadi orang sukses sudah kandas.
Pendidikan hanya sampai SMA, walau orangtuanya tergolong mampu. Sementara, kawan-kawannya banyak yang kini punya pekerjaan mapan, memiliki usaha sendiri maupun menempuh pendidikan S2.
“Saya tidak mau terlalu larut dalam kesedihan dan penyesalan. Kini bagaimana saya bisa bangkit, sambil terus memperbaiki diri di tempat rehabilitasi ini,” tuturnya. (adv)