Home » Olahraga » De La Hoya dan Lahirnya ‘The Golden Boy’ di Barcelona 1992

De La Hoya dan Lahirnya ‘The Golden Boy’ di Barcelona 1992

PEKANBARUPOS.COM(PPC),JAKARTA- Oscar De La Hoya merupakan salah satu nama tenar di dunia tinju profesional. Namun saat ia berkarier di amatir, De La Hoya ternyata sudah mencuri perhatian lewat kesuksesannya menepati janji pada mendiang ibunya.De La Hoya telah menunjukkan bahwa dirinya merupakan petinju berbakat sejak usia belasan. Di usia 16 tahun ia memenangi titel juara nasional kelas bantam. Setahun kemudian, ia kembali jadi juara nasional untuk kelas bulu dan jadi petinju termuda yang meraih emas di Goodwill Game.

Kiprah gemilang De La Hoya itu kemudian mendapatkan pukulan telak dari peristiwa di luar ring. Sang ibu, Cecilia, meninggal akibat kanker payudara. Sebelum meninggal, Cecilia berharap De La Hoya bisa jadi juara Olimpiade.

Harapan mendiang ibu inilah yang kemudian menjadi kekuatan tambahan bagi De La Hoya saat melakukan persiapan menghadapi Olimpiade Barcelona 1992.

Namun De La Hoya juga tak menampik bahwa cerita tentang pesan mendiang ibu turut memberinya tekanan di dalam masa persiapan.

“Saya menjalani momen yang sangat sulit karena seluruh cerita yang beredar adalah tentang ‘Apakah Oscar mampu memenangkan medali emas untuk ibunya yang meninggal sebelum Olimpiade?”

“Itulah cerita yang ada di sekeliling saya dalam persiapan menuju Olimpiade,” kata De La Hoya seperti dikutip dari Ring TV.

Di Barcelona, De La Hoya tampil impresif dan sukses melaju ke babak final untuk menghadapi Marco Rudolph dari Jerman. Di babak final, De La Hoya tampil dominan dan akhirnya menyudahi pertarungan dengan skor 7-2.

Saat wasit mengangkat tangan De La Hoya tanda dia juara Olimpiade, De La Hoya melonjak kegirangan meluapkan ekspresinya. Mimpi mendiang ibu untuk melihatnya juara Olimpiade sudah terwujud nyata.

Kegembiraan De La Hoya di atas ring kemudian seolah tak terlihat ketika ia harus menghadapi wawancara usai juara. De La Hoya mengaku bahwa saat itu ia benar-benar mati rasa dan tak tahu apa yang harus dikatakan.

“Saya datang dengan beban berat dan kemudian setelah menang, saya merasa beban tersebut terangkat dari diri saya.”

“Saat itu saya masih berusia 19 tahun dan menanggung beban seluruh dunia di bahu saya. Jujur, saya tak tahu apa yang ada dalam pikiran saya. Saya seolah mati rasa dan masih terkejut,” ujar De La Hoya.

Meski gembira bisa mewujudkan mimpi mendiang ibunya, De La Hoya tetap merasakan kesedihan saat medali emas Olimpiade dikalungkan di lehernya.

“Impian ibu adalah melihat anaknya memenangkan medali emas dan saya sangat ingin mewujudkan hal itu untuknya.”

“Tetapi di saat bersamaan saya juga berpikir ‘mengapa dirinya tak ada di sini untuk ikut menikmatinya?’,” ucap De La Hoya.

Impian mendiang Ibu De La Hoya untuk melihat anaknya jadi juara Olimpiade telah terwujud, namun ada mimpi De La Hoya yang tak mungkin terwujud.

“Saya ingin mengalungkan medali ini di lehernya. Menyedihkan mengetahui fakta bahwa dia tak ada di sini untuk ikut merasakan kegembiraan ini dan saya pun tak bisa ikut berbagi kebahagiaan bersamanya.”

“Tak ada satu hari pun setelah itu yang saya lalui tanpa memikirkan ibu saya,” ujar De La Hoya.

Hari itu, De La Hoya sukses mewujudkan mimpi ibunya. Dan hari itu pula, media-media resmi melabeli dirinya dengan julukan ‘The Golden Boy’

 

(CNN)

Leave a Reply

x

Check Also

PLN Sukses Bangun Infrastruktur Kelistrikan Ditahun 2024, Terangi 7.123 Pelanggan di 92 Dusun Terpencil dengan Listrik 24 Jam

PEKANBARUPOS.COM, PEKANBARU – PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Riau dan Kepulauan Riau mencatat keberhasilan ...