jakarta ,pekanbarupos.com – Bursa saham AS berbalik menguat pada perdagangan kemarin, Senin (12/9) setelah pembuat kebijakan di bank sentral atau The Federal Reserve mendorong kehati-hatian untuk mengubah rezim suku bunga rendah dalam jangka pendek.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 240 poin atau 1,3 persen ke level 18.325. Indeks S&P 500 meningkat 31,32 poin atau naik 1,5 persen menjadi 2.159 setelah turun ke posisi terbesar sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa. Demikian pula dengan indeks Nasdaq Composite yang naik 85,98 poin atau naik 1,68 persen menuju 5.211.
Sentimen muncul dari komentar sejumlah pejabat Fed, yang dalam beberapa minggu terakhir memicu spekulasi kenaikan bunga acuan AS pada tahun ini. Sementara Bank Sentral Eropa dan Bank of Japan yang mulai menahan diri untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter turut memicu aksi jual dan kenaikan imbal hasil obligasi pada pekan lalu.
Bursa saham AS yang sempat terpuruk pada akhir pekan lalu berbalik menguat pada Senin setelah presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, Dennis Lockhart menyatakan The Fed masih harus berdiskusi serius untuk membahas kondisi ekonomi AS sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan suku pada pertemuan Fed pekan depan. Menurutnya, tidak ada urgensi untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
“Lockhart membantu meredakan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga pada bulan September sudah dekat,” kata Quincy Krosby, strategi pasar di Prudential Financial di Newark, New Jersey.
Saham AS mencapai level tertingginya pada sesi perdagangan kemarin setelah Gubernur Fed Lael Brainard menyatakan bank sentral AS harus berhati-hati untuk menghapus stimulus terlalu cepat.
Brainard mengatakan ia ingin melihat penguatan tren belanja konsumen dan bukti kenaikan inflasi sebelum The Fed menaikkan suku bunga. Menurutnya, perekonomian AS masih tampak rentan terhadap pengaruh pelemahan ekonomi di luar negeri.
Dia mengatakan peningkatan pasar tenaga kerja AS belum cukup kuat untuk menjadi dasar pengetatan moneter.
Brainard tidak memberikan waktu yang tepat untuk mengubah kebijakan moneter tetapi dia menekankan pentingnya pejabat bank sentral berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam pertemuan dewan gubernur pada 20-21 September mendatang.
(cnn indonesia)