Home » Kabar Kota » Ujang Pernah Dirantai 2,5 Bulan Agar Sembuh dari Narkoba

Ujang Pernah Dirantai 2,5 Bulan Agar Sembuh dari Narkoba

PEKANBARUPOS.COM (PPC),PEKANBARU – Lain Ujang, lain pula kisah Uyung yang sudah berpuluh tahun menjalani hidup dengan menggunakan narkoba.

Tidak hanya menjadi pemakai, ia sempat menjadi pengedar. Tidak hanya saat tinggal di Pekanbaru, dibawa beberapa tahun ke Pulau Jawa oleh keluarganya, Uyung tetap tidak bisa melepaskan diri dari jerat narkoba.

Setelah belasan kali direhabilitasi, baru Uyung bisa melepaskan diri dari perangkap narkoba.

Walau diakuinya tidak ada orang yang bisa sembuh total dari candu narkoba, termasuk dirinya yang saat ini sudah lebih dari 10 tahun tidak menggunakan barang-barang haram itu lagi.

“Semua sudah saya coba, putau, kokain, itu bertahun-tahun saya gunakan. Untuk 1 gramnya saja harganya mencapai Rp 2 juta,” kata Uyung.

Ketika tidak mendapatkan uang untuk membeli barang, Uyung nekat menodong walau tak sebelumnya tidak pernah melakukan itu.

Ia jadi menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan uang pembeli narkoba.

Berikutnya Uyung malah sempat menjadi Bandar Narkoba. Ketika itu, penghasilannya sangat ‘wah’. Kehidupannya bertabur uang.

“Saat itu saya berada di Jakarta. Saya bawa tester saja sampai setengah kilo, itu bukan buat dijual, dibagikan aja secara gratis. Karena yang nyoba sudah pasti beli ke kita selanjutnya,” tuturnya.

Diakuinya, ketika sudah memakai narkoba tidak ada kata sembuh. Yang ada hanya kata pulih.

Karena walau sudah cukup lama tidak mengkonsumsi narkoba, mantan pemakai sesekali akan merasakan kambuh dan tiba-tiba ingin mencicipinya lagi.

Uyung biasanya menghilangkan hal itu dengan melakukan berbagai kesibukan dan kegiatan-kegiatan positif.

“Ketika ada kawan bilang, si Udin sudah sembuh, maka kita ucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Karena orang yang sembuh dari narkoba artinya dia udah meninggal dunia. Nggak ada kata sembuh dari narkoba. Suatu saat candu itu akan datang tiba-tiba,” ulasnya.

Tak jera
Saat masih menggunakan obat-obatan terlarang, Uyung pernah dua kali melihat teman meninggal di hadapannya karena overdosis. Namun hal itu tidak membuatnya jera.

“Ada pula kawan dekat saya yang sampai buta dan tidak bisa melihat sampai sekarang. Saya termasuk orang yang beruntung, bahkan sampai memiliki anak seperti saat ini. Bagi saya ini sebuah keajaiban dari Tuhan, tidak saya sangka sama sekali. Karena dulu saya sudah hancur-hancuran, semua obat (narkoba) digunakan,” ungkapnya.

Uyung menceritakan kawan lainnya saat ia di Jakarta. Mereka itu pasangan suami-istri pecandu berat.

Saat istri sedang hamil 9 bulan, ia harus mencari ‘barang’ keluar dengan naik angkot, karena suaminya di rumah sedang sakau.

“Saya tanya suamimu mana, ngapain hamil tua begini turun naik angkot. Dia bilang suaminya lagi sakau berat di rumah. Gila, saya bilang. Ketika si istri melahirkan, karena nggak ada tenaga, ayahnya terpaksa mencarikan putau, bayangkan. Pas lahir si bayi langsung sakau. Harus diterapi dokter kala itu,” tuturnya.

Sementara dari belasan kali menjalani program Rehabilitas, satu pengalaman paling berbekas di benak Uyung adalah ketika dirantai di pagar teralis selama 2,5 bulan.

Selama itu, rantai tidak pernah dilepas. Ia makan, minum, bahkan buang air kecil dan besar di sana.

“Sebelum dirantai digebukin dulu rame-rame, rasanya mau mati. Semua dilakukan di sana selama 2,5 bulan tersebut. Kalau mau buang air besar, disediakan kaleng, ditutup pakai sarung, nanti kalau lewat orang gila, suruh orang gila tersebut yang buang. Malu ditanggung, harga diri banr-benar habis saat itu. Kalau sekarang enak, Rehabilitas tak boleh pakai kekerasan,” tuturnya.

Uyung pernah frustasi dan berniat bunuh diri dengan menggunakan heroin dosis tinggi. Ketika itu di rumah sendiri, tanpa sadar, ia berada di dalam kamar mandi.

“Tiba-tiba ada yang menyiram dengan air satu ember. Saya langsung terbangun. Jarum suntik masih nancep di lengan. Tak tahunya saya sudah ada di samping bak kamar mandi. Tapi saya lihat kiri kanan, nggak ada orang. Pintu kamar mandi tertutup dari dalam. Ember juga tak ada dalam kamar mandi. Lantai kamar mandi kering, tapi badan saya basah kuyup. Saya langsung merinding, cepat-cepat keluar,” paparnya.

“Saya heran juga, saya kira saya tak akan bangun-bangun lagi, tapi ternyata langsung bangun kena siram itu. Di situ saya kemudian menyimpulkan sendiri, yang menyiram saya adalah malaikat. Ini saya langsung merinding kalau ingat kejadian itu,” tutur Uyung sembari memperlihatkan tangannya yang bulu romanya tegak merinding.

Kini sudah 10 tahun ia tidak lagi menggunakan narkoba. Namun bekas-bekasnya masih tampak di permukaan kulit Uyung.

Misalnya bekas jarum suntik di bagian punggung telapak tangan dan bekas lubang di lipatan lengan, yang memang dulunya sengaja dilubangi agar jarum suntik bisa langsung masuk ke aliran darahnya.

“Candu itu tetap datang sesekali. Itu harus bisa dihindari dengan berbagai kesibukan dan kegiatan dan tidak lagi mendekati hal seperti itu,” ucapnya.

“Kepada generasi muda, jangan sampai terjebak narkoba. Karena sekali mencoba, tak bisa lepas dari jeratnya. Jangan pernah coba-coba atau iseng. Hindari jauh-jauh pergaulan yang menggunakan narkoba,” kata Uyung. (adv)

2017-03-21

Leave a Reply Cancel reply

x

Check Also

Dukung Peningkatan Layanan Kesehatan Masyarakat, PLN Pasok Listrik 1.385 kVA RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

PEKANBARUPOS.COM, PEKANBARU – PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Riau & Kepulauan Riau (UIDRKR) terus berkomitmen ...

Exit mobile version