PEKANBARUPOS.COM (PPC),PEKANBARU – Nilai Tukar Petani (NTP) di Riau terus mengalami perbaikan. Februari 2017, NTP di provinsi ini sudah mencapai 103,79 atau naik 0,83 persen. Dibandingkan 10 provinsi di Sumatera, NTP Riau berada di posisi kedua setelah Lampung.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom menuturkan, kenaikan NTP ini tidak terlepas dari pengaruh tanaman perkebunan rakyat.
Subsektor ini mengalami kenaikan 1,55 persen. Memang angka ini masih dibawah subsektor perikanan yang naik 1,60 persen.
Namun, dengan tiga subsektor bersama peternakan yang juga naik 0,08 persen, NTP secara umum naik 0,83 persen.
Sementara dua subsektor lainnya yaitu hortikultura turun 0,91 persen serta tanaman pangan 0,85 persen.
“NTP merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan yang dibayar petani. Semakin tinggi NTP berarti kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik,” katanya.
Dengan NTP Februari 2017 mencapai 103,79, lanjut Aden, kondisi kesejahteraan petani relatif lebih baik dibandingkan keadaan tahun 2012 yang dijadikan sebagai tahun dasar.
Februari 2017 ini, terjadi surplus sebesar 3,79 persen. Surplus ini terjadi pada subsektor perikanan, subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor tanaman pangan.
Kenaikan NTP 0,83 persen Februari lalu disebabkan harga barang atau produk pertanian yang dihasilkan rumahtangga mengalami kenaikan.
Sementara harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga maupun keperluan produksi pertanian, tidak berubah.
Kondisi kesejahteraan petani di Riau, Februari lalu, sejalan dengan kondisi inflasi pedesaan. Daerah pedesaan di Riau mengalami inflasi negatif atau deflasi sebesar 0,12 persen.
Deflasi pedesaan ini disebabkan turunnnya indeks konsumsi rumah tanggga pada dua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga. Kelompok bahan makanan turun 0,54 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi turun 0,95 persen (adv)